Saturday, January 27, 2018

Ternyata Sarkoma: Apricity (part 3-habis)


Apricity. Sebuah kata yang saya baru tau. Padahal sudah merasakannya sejak mengalami 3 musim dingin disini. Kehangatan yang menyamankan dari matahari di suhu dingin (yaaa kira kira 0 drajat selsius plus minus 10 lah ya).

Seperti sering kita bahas dan dunia bahas, bahwa nilai dari sesuatu itu menjadi sungguh berlipat jika berada saat atau di luar zona nyaman. seperti 'apricity' tadi.

Saat saya menulis ini adalah saat sudah hampir dua bulan setelah operasi utama pengangkatan fibrosarkom di tulang belakang saya. dan sampai bulan depan saya pun harus menggunakan korset khusus. (korset dipakai untuk menyangga gerakan leher saya karna terdapat plat yang ditanam di antara sumbu tulang belakang leher dan dada). InsyaAllah kalau hasil CT akhir bulan depan baik, tulang sudah menyambung, maka sayapun boleh lepas korset itu.

Walaupun terlihat seperti superhero saat memakainya, tentu tidak senyaman orang normal. Alhamdulillah lingkungan saya disini sangat "okay" untuk manusia dengan disabilitas seperti saya (insyaAllah sementara), coba pakai sehari-hari di Indonesia tercinta, saya akan lelah menjelaskan kepada lingkungan saya yang sayang dan perhatiannya bukan main, hehehehehehhehehehehe
ga dink, ga tau juga,,

................

Banyak hal yang saya dapat dari perjalanan terapi saya kemarin. Saya dirawat di rumah sakit kurang lebih 37 hari. dua kali operasi (yang kedua karna re-open karna curiga infeksi, Alhamdulillah nya ga kebukti sih). Jujur untuk operasi kedua pada hari natal itu saya sangat galau dan mungkin bisa dibilang stres, tapi puji sukur bisa melaluinya dengan lumayan sabar dan pasrah. (terimakasih sekali untuk pelukan dan pengertian nya ya, istri aku... ).

Banyak sekali sisi-sisi lain dari perawatan , terutama yang berhubungan dengan kenyamanan pasien. Simpel saja, soal selang infus (dan selang-selang lain seperti NGT, kateter, dan terutama Drain post operasi). Hubungannya bukan dengan kontrol nyeri saja, namun berhubungan dengan mobilitas pasien, higienitas (pake banyak selang = tidak mandi ), lalu tentang siklus toilet pasien seperti pipis dan BAB (paling nyaman ya pasien bisa BAB dan bersih-bersih sendiri di kamar mandi, kan dari kecil BAK-BAB ini hal privat), siklus tidur (misal jadwal nyala-mati lampu kamar rawat, pasien itu sakit dan umumnya butuh istirahat lebih berkualitas), dan sampai hal hal lain yang mempengaruhi kualitas hidup pasien saat dirawat. Jujur selama jadi dokter dan merawat, saya sering skip pada hal-hal diatas, saya percaya sebagian besar dokter juga ga ada yang perfect dalam memperhatikan detail perawatan pasien di rumah sakit.

Percaya, hal-hal kecil yang berhubungan dengan kenyamanan pasien tadi, misal: lepas infus dan bisa mandi sendiri ke kamar mandi. adalah seperti apricity di puncak musim dingin. begitu besar pengaruhnya ke mental pasien. Setidaknya saya sendiri merasakan seperti itu.

Saya sudah lumayan lama bekerja di lingkungan tukang operasi -kasarannya begitu-, tapi dihadapkan dengan rangkaian-rangkaian terapi operasi (persiapan, bius total, bangun, nyeri fase akut, penyembuhan, dll dll dll) itu saja begitu perjuangan batin-nya. Apalagi orang awam (baca: orang diluar medis) yang ditakdirkan melewati rangkaian-rangkaian terapi untuk penyakitnya.

SALUT & RESPEK untuk semua pasien yang bisa , akan , sedang dan yang sudah melewati penyakit-terapi nya masing-masing. Kalian dan keluarga kalian benar-benar luar biasa.

Iya, memang (setiap) manusia sudah berjuang semenjak sperma yang berhasil lolos seleksi untuk membuahi, proses lahir, proses pendewasaan diri, dan smua perjuangan yang telah dan akan dilakukan dalam masalahnya masing-masing. Jadi bagi yang ga pernah dikasi penyakit tertentu, jangan berkecil hati, hehehehhe, pasti kalian juga pejuang yang hebat karna pasti pernah melalui masa-masa sulit, entah apalah itu.
Semua orang-orang besar dijamin pernah melalui mas sulit masing-masing.
-mario kamilguh-2018






No comments: