Thursday, March 27, 2008







Lawu dan Nadine

tanggal 21 kmaren,libur nasional setengah minggu itu, saya mendaki gunung ke puncak lawu..seperti biasa,tidak lain hanya kepuasan yang didapat setelah kembali pulang istirahat di atas sofa bed -tempat tidur- saya di rumah.

Sdikit unik, sebenarnya perjalanan ke lawu ini tidak jadi, karena Mr.Eri -dosen saya-, yang mengajak beberpa mahasiswa nya untuk nmenin dia muncak (Dia lagi ngidam muncak,beliau berhenti gila muncak setelah anaknya masuk SD,sekitar 15 tahun lalu), beberapa hari sbelumnya membatalkan rencana k lawu tetapi pada hari rabu itu, tiba-tiba saja dia kontek ke anak-anak buat nge-jadiin rencan itu. Dan tau kapan dia maksa kita brangkat? malam harinya!Sontak kami sdikit panik,tapi Alhamdulillah bisa siap dan kita pun berangkat menuju perbatasan Tawangmangu (SOLO) - Magetan untuk start dari pos Cemara sewu, Magetan,Jawa Timur.

Rombongan kami berjumlah 10 orang, dr.Dayat,saya,Danang,Dedi, Ahmad, Aban,tante Eri (Bojonya dr.Eri),dr Eri, serta 2 buah hatinya, Dio(klas 3 SMP) dan Nadine(klas6 SD). Saya kagum dengan keluarga beliau..Seru aja ngelihat sekeluarga naik gunung bareng..ya ga? :)
Memang kami berniat santai,niatnya memang 2 malam menuju puncak,dan target itu terpenuhi,walau diiringi sdikit hujan dan kabut tebal yg berdatangan terus-menerus.

Gunung Lawu, merupakan Gunung yang tingginya kurang lebih 3200m diatas permukaan laut, terdiri dari 6 pos dan 3 puncak (Argo Dalem, Argo Tiling dan Argo Dumilah). Entah karena Ke-mistis-an atau ke- sakral-an gunung Lawu yang terdapat banyak tempat petapaan, dari start sampai pos 6,jalannya telah disusun oleh batu batu gunung.Banyak pula mata air, Sendang panguripan, sendang intan yang sangat indah,dan sendang drajat. Berbeda dengan Merbabu misalnya, yang terdiri dari tanah bercampur batu yang masih alami sekali. Meski begitu, perjalanan menuju puncak Lawu ini,yang berjarak sekitar 15 km panjangnya, sangat curam,,sekitar 2/3 perjalanan kemiringannya 45 drajat..cukup menguras,,sangat menguras..
Kami bermalam di dum dekat warung (kataya ini hanya satu-satunya warung yang ada di puncak gunung di Jawa) lalu saat subuh kita berangkat ke puncak tertinggi Lawu,Argo Dumilah, sekitar setengah jam dari pos6/warung untuk menikmati Sunrise dan puncak-puncak gunung lain bertikarkan awan. Ditimur kami dapat melihat Mahameru, Arjuna dan Wilis dihiasi matahari pagi yang seolah perlahan muncul dibaliknya, di barat tak kalah indahnya puncak Merbabu dan Merapi. Subhanallah..

Adalah Nadine Rawinda, 11 tahun, gadis perawakan kecil imut-imut centil tapi tomboi banget dengan training biru, jaket jatah POPNAS (si Nadine adalah atlet loncat indah Jateng.Keren y!?), sepatu, dan tas sekolah berisikan bekal. Menjadi sosok yang 'ter' di perjalanan ini. Bener2 gila tuh anak. Kuat banget!! Ga umum!! Ga manja! pokonya keren bgt ni anak. Si Bolang bgt dah!
Tebak,dia paling terlihat paling kuat secara fisik dan mental, kami para tetua sering gedek gedek nglihat fisik kami sendiri yang harusnya lebih kuat dan ga ngeluh kaya si Nadine ini..Saya rasa semua nyangka Nadine ini akan jadi penghambat perjalanan,tapi kenyataan sangat berkebalikan.
Pak Eri dan Bu Eri, dikasi makan apa to ni anak ko bisa jadi keren kaya gitu??hehe.

Sekian..









Friday, March 07, 2008

Tuhan Sembilan Senti

Oleh Taufiq Ismail

Indonesia adalah sorga luar biasa ramah bagi perokok,
tapi tempat siksa tak tertahankan bagi orang yang tak merokok,

Di sawah petani merokok,
di pabrik pekerja merokok,
di kantor pegawai merokok,
di kabinet menteri merokok,
di reses parlemen anggota DPR merokok,
di Mahkamah Agung yang bergaun toga merokok, hansip-bintara- perwira nongkrong merokok,
di perkebunan pemetik buah kopi merokok,
di perahu nelayan penjaring ikan merokok,
di pabrik petasan pemilik modalnya merokok,
di pekuburan sebelum masuk kubur orang merokok,

Indonesia adalah semacam firdaus-jannatu- na'im sangat ramah bagi perokok,
tapi tempat siksa kubur hidup-hidup bagi orang yang tak merokok,

Di balik pagar SMU murid-murid mencuri-curi merokok,
di ruang kepala sekolah...ada guru merokok,
di kampus mahasiswa merokok,
di ruang kuliah dosen merokok,
di rapat POMG orang tua murid merokok,
di perpustakaan kecamatan ada siswa bertanya apakah ada buku tuntunan cara
merokok,

Di angkot Kijang penumpang merokok,
di bis kota sumpek yang berdiri yang duduk orang bertanding merokok,
di loket penjualan karcis orang merokok,
di kereta api penuh sesak orang festival merokok,
di kapal penyeberangan antar pulau penumpang merokok,
di andong Yogya kusirnya merokok, sampai kabarnya kuda andong minta diajari
pula merokok,

Negeri kita ini sungguh nirwana kayangan para dewa-dewa bagi perokok,
tapi tempat cobaan sangat berat bagi orang yang tak merokok,

Rokok telah menjadi dewa, berhala, tuhan baru, diam-diam menguasai kita,

Di pasar orang merokok,
di warung Tegal pengunjung merokok,
di restoran, di toko buku orang merokok,
di kafe di diskotik para pengunjung merokok,

Bercakap-cakap kita jarak setengah meter tak tertahankan asab rokok,
bayangkan isteri-isteri yang bertahun-tahun menderita di kamar tidur ketika
melayani para suami yang bau mulut dan hidungnya mirip asbak rokok,

Duduk kita di tepi tempat tidur ketika dua orang bergumul saling
menularkan HIV-AIDS sesamanya, tapi kita tidak ketularan penyakitnya.
Duduk kita disebelah orang yang dengan cueknya mengepulkan asap rokok di
kantor atau di stopan bus, kita ketularan penyakitnya.
Nikotin lebih jahat penularannya ketimbang HIV-AIDS,

Indonesia adalah sorga kultur pengembangbiakan nikotin paling subur di
dunia, dan kita yang tak langsung menghirup sekali pun asap tembakau itu,
bisa ketularan kena,

Di puskesmas pedesaan orang kampung merokok, di apotik yang antri obat
merokok, di panti pijat tamu-tamu disilahkan merokok, di ruang tunggu
dokter pasien merokok, dan ada juga dokter-dokter merokok,

Istirahat main tenis orang merokok,
di pinggir lapangan voli orang merokok,
menyandang raket badminton orang merokok,
pemain bola PSSI sembunyi-sembunyi merokok,
panitia pertandingan balap mobil, pertandingan bulutangkis, turnamen
sepakbola mengemis-ngemis mencium kaki sponsor perusahaan rokok,

Di kamar kecil 12 meter kubik, sambil 'ek-'ek orang goblok merokok,
di dalam lift gedung 15 tingkat dengan tak acuh orang goblok merokok,
di ruang sidang ber-AC penuh, dengan cueknya, pakai dasi, orang-orang goblok merokok,

Indonesia adalah semacam firdaus-jannatu- na'im sangat ramah bagi orang
perokok, tapi tempat siksa kubur hidup-hidup bagi orang yang tak merokok,

Rokok telah menjadi dewa, berhala, tuhan baru, diam-diam menguasai kita,

Di sebuah ruang sidang ber-AC penuh, duduk sejumlah ulama terhormat merujuk
kitab kuning dan mempersiapkan sejumlah fatwa.
Mereka ulama ahli hisap.
Haasaba, yuhaasibu, hisaaban.
Bukan ahli hisab ilmu falak, tapi ahli hisap rokok.

Di antara jari telunjuk dan jari tengah mereka terselip berhala-berhala kecil,
sembilan senti panjangnya, putih warnanya,
kemana-mana dibawa dengan setia,
satu kantong dengan kalung tasbih 99 butirnya,

Mengintip kita dari balik jendela ruang sidang,
tampak kebanyakan mereka memegang rokok dengan tangan kanan,
cuma sedikit yang memegang dengan tangan kiri.
Inikah gerangan pertanda yang terbanyak kelompok ashabul yamiin dan yang
sedikit golongan ashabus syimaal?

Asap rokok mereka mengepul-ngepul di ruangan AC penuh itu.
Mamnu'ut tadkhiin, ya ustadz. Laa tasyrabud dukhaan, ya ustadz.
Kyai, ini ruangan ber-AC penuh.
Haadzihi al ghurfati malii'atun bi mukayyafi al hawwa'i.
Kalau tak tahan, di luar itu sajalah merokok.
Laa taqtuluu anfusakum. Min fadhlik, ya ustadz.
25 penyakit ada dalam khamr. Khamr diharamkan.
15 penyakit ada dalam daging khinzir (babi). Daging khinzir diharamkan.
4000 zat kimia beracun ada pada sebatang rokok. Patutnya rokok diapakan?

Tak perlu dijawab sekarang, ya ustadz. Wa yuharrimu 'alayhimul khabaaith.
Mohon ini direnungkan tenang-tenang, karena pada zaman Rasulullah dahulu,
sudah ada alkohol, sudah ada babi, tapi belum ada rokok.

Jadi ini PR untuk para ulama.
Tapi jangan karena ustadz ketagihan rokok,
lantas hukumnya jadi dimakruh-makruhkan, jangan,

Para ulama ahli hisap itu terkejut mendengar perbandingan ini.
Banyak yang diam-diam membunuh tuhan-tuhan kecil yang kepalanya berapi itu,
yaitu ujung rokok mereka.
Kini mereka berfikir. Biarkan mereka berfikir.
Asap rokok di ruangan ber-AC itu makin pengap, dan ada yang mulai
terbatuk-batuk,

Pada saat sajak ini dibacakan malam hari ini,
sejak tadi pagi sudah 120 orang di Indonesia mati karena penyakit rokok.
Korban penyakit rokok lebih dahsyat ketimbang korban kecelakaan lalu
lintas, lebih gawat ketimbang bencana banjir, gempa bumi dan longsor,
cuma setingkat di bawah korban narkoba,

Pada saat sajak ini dibacakan, berhala-berhala kecil itu sangat berkuasa
di negara kita, jutaan jumlahnya, bersembunyi di dalam kantong baju dan celana, dibungkus dalam kertas berwarni dan berwarna,diiklankan dengan indah dan cerdasnya,

Tidak perlu wudhu atau tayammum menyucikan diri,
tidak perlu ruku' dan sujud untuk taqarrub pada tuhan-tuhan ini,
karena orang akan khusyuk dan fana dalam nikmat lewat upacara menyalakan
api dan sesajen asap tuhan-tuhan ini,

Rabbana, beri kami kekuatan menghadapi berhala-berhala ini.