Sunday, June 20, 2010

2 dimensi..




akhirnya nemu arah dari tarian pena tangan saya..
mulai dengan dengan diri saya.

Sunday, June 13, 2010

Olahraga yok

Bulan ini saya tertular kelatahan sebagian besar homosapien di bumi untuk menggandrungi sampai terdemami dengan Piala Dunia.
Kebetulan pula saya sedang merantau ditempat yang 'komunikasi'nya merupakan hal ter'berat' sebagai tantangan. iya, belajar bahasa itu sebenarnya bisa dan mudah. Namun butuh waktu tidak sebentar. Dan akhirnya pertemanan -sebagai bentuk hubungan antar manusia yang ter'positif'- pun terkendala.
Namun terjadilah hal instan ini. Yap, lewat bahasa olahraga, terjembatanilah komunikasi tersebut. Terbukti dari hal besar, Piala Dunia, saya yakin ga semua bisa berbahasa Inggris disana. Para sporter, media, tuan rumah, pemain, oficial, setidaknya mereka berinteraksi pada wadah yang satu. Indah bukan? Dan terbukti pula di tempat saya foto diatas, kami sungguh sulit untuk berkomunikasi secara lisan, namun muncul sebuah keakraban, dan paket ekspresi intraksi lainnya dalam permainan kami (basket) , dan berlanjut diluar itu.
Disamping sbagai alat 'komunikasi' instan, olahraga juga jadi ajang atau media membela negri. Sekarang bukan jamannya perang dunia, tembak2an, bom2an lagi (meski sedikit ada), dan jadilah ajang olahraga menjadi sarang bagi para pahlawan dalam diri setiap pecintanya. Saya punya banyak pahlawan, para pemain Manchester United, Si grombolan Boston Celtics yang mati matian di final NBA tahun ini, Keisuke Honda di tim Jepang di Afrika Selatan sana, dan tentunya Para atlet negri Indonesia yang bermain pada ajangnya. iya, mereka adalah Pahlawan, walau beda, bagi saya mereka sejajar dengan Pangeran Diponegoro pada jamannya.

Ngerti ga? hehe

(ket. gambar: Saya (baju merah,duduk) bersama tim basket Medical faculty of Kagoshima Univ. beserta para manajer cantiknya disela latian rutin.)

Wednesday, June 02, 2010

me-kenas-kan


Kejadiannya pada bulan Oktober, memang bagi saya stase di bagian obsetri&ginekologi ini lebih dari sekadar seru. Banyak hal yang menjadikan saya mengerti ‘lebih’ akan suatu hal. Buktinya salah satu rangkaiannya secara detail masih saya ingat sampai sekarang, mungkin sampai nanti nanti. ‘membekas’.

Singkatnya saya pada saat itu bertanggung jawab kepada seorang pasien wanita, 34tahun, primigravida(hamil pertama) minggu ke 36, datang dan dirawat di rumah sakit Tugu karena menderita preeklamsia ringan(tekanan darah tinggi pada trisemester/3 bulan akhir kehamilan). Penyakit ini memang memiliki angka kejadian yang tinggi pada wanita Indonesia. Tapi yag unik, ibu ini memiliki sifat yang secara mental lemah, hmmmm, mungkin ke arah manja tapi ga enakan. Unik lah pokoknya.

Dia datang pada sore hari. Denyut jantung bayi menandakan bayi dalam kandungannya ‘sehat’, dan tekanan darah berhasil diturunkan. Dia dirawat inap (rencananya sampai 2hari) untuk memastikan tekanan darahnya terkendali, juga untuk memastikan si bayi masih ‘kuat’ (karena dgn tekanan darah tinggi bisa me-mati-kan si bayi). Yang ditakutkan pun terjadi. (biasanya jarang) Pada subuh, sekitar jam5an, waktu mengecek pasien inap satu-persatu, saya dengan alat pendeteksi DJJ (denyut jantung janin) menemukan bahwa, tidak ada tanda-tanda bayi di dalam kandungan si ibu ini masih hidup. Secara pelan saya tanya ke si ibu, “maaf bu, semalem krasa mules ga bu?atau ibu ngrasa kluar flek dari jalan lahirnya?” si ibu menjawab ”iya mas,saya sebenarnya semalem mules banget pas tengah malem, tapi ga enak sama suami saya kalo mo bangunin, dia kliatan cape..”saya: “………?!(hela nafas dalem sekali).... ya uda bu, tapi nanti kalo ngrasa apapun langsung panggil minta bantu ya bu…” Lalu saya melangkah keluar untuk melaporkan ke dokter jaga supaya ikut memastikan kematian si jabang bayi (yang hampir matang) itu.. Iya, agak satir hati saya. Sedih.

Setelah di USG, dipastikan meninggal, kami memberitahu keluarga, terutama ke suami si ibu ini terlebih dahulu keadaaan sebenarnya (mengingat mental si ibu ini pasti akan sangat drop bila tau langsung). Dan (terpaksa) kami mengikuti saran suami, dan keluarga si ibu ini sendiri untuk tetap tidak memberitahu kematian si bayi ini. Karena semua mengakui, ibu ini memang lemah sifatnya. Dan ironisnya jalan satu satunya untuk ibu ini adalah mengakhiri kehamilan scepatnya (karena bila tidak, si ibu bisa pendarahan berat dan ikut meninggal juga) dengan cara diberi obat supaya cepat dilahirkan lewat jalan normal.

Ironisnya. Seperti pada ibu-ibu dengan proses bersalin pertama kali, pasti merasakan nyeri yang lebih-lebih. Ditambah pada ibu ini, stimulasi tidak terlalu berhasil, partus macet pun terjadi (kalo ga salah , kala satu lebih dari 12 jam) *sakit banget tu pasti. Dan yang lebih bikin saya miris. Ibu ini sama sekali belum tahu akan bayi di dalam kandungannya sudah meninggal.

Oke, lalu kala II atau fase bersalin atau fase jebol beneran sudah tiba. Saya menemani ibu ini, disampingnya, karena suamipun tak tega.

Hati saya miris teriris iris, harus menopeng akan tahunya saya akan sudah meninggalnya si bayi. Selama lebih dari 4 jam saya menemani si ibu (tengah malam sampai subuh), menjadi pegangannya (remasannya), dan menjadi teman ngobrolnya, tentang segala hal,sampai proses menjahit robekan jalan lahirnya selesai (Bayi lahir, ibunya hanya diberi lihat sejenak (kami sengaja supaya ibu teteap tak tahu,huff...), pucat, Berat skitar 4kg, tanpa ruh dan langsung di bawa ke ruang lain untuk diurus para bidan dan keluarga si ibu).

Kami mengobrol tentang bagaimana dia bertemu dan brpacaran dengan si suami, tempat kerja, kampung halaman, dan lain-lain. Dan selalu saja dia menjuruskan omongannya ke buah hatinya, laki ato perempuan? Kok ga nangis? Enaknya diberi nama apa? Pengennya disuru jadi dokter kaya mas, pengen disekolahin favorit,,dll,dll.. Dan lagi, bagian terberatnya selama 4 jam itu adalah: saya selalu tega membohongi dan selalu mengalihkan pembicaraan supaya si ibu tetep tak mengetahui. Si bayi sudah tiada , dari awal.

Setelah selesai, pas baget subuh, saya sangat lelah, secara mental tentunya. Pada pagi hari saya gantian jaga dengan teman saya.

Saya tak sarapan pagi itu, dan sepertinya juga tak makan siang.

Lebih tepatnya tak nafsu.

Smoga si ibu skarang tetap dalam bahagia.

=[ =]

Tuesday, June 01, 2010

puisi dari entah siapa, bertemakan BJ Habibie untuk Almr.istrinya... puisi yang dalaaam....hmmm


Sebenarnya ini bukan tentang kematianmu, bukan itu.

Karena, aku tahu bahwa semua yang ada pasti menjadi tiada pada akhirnya,dan kematian adalah sesuatu yang pasti, dan kali ini adalah giliranmu untuk pergi, aku sangat tahu itu.

Tapi yang membuatku tersentak sedemikian hebat, adalah kenyataan bahwa kematian benar-benar dapat memutuskan kebahagiaan dalam diri seseorang, ,sekejap saja,

lalu rasanya mampu membuatku menjadi nelangsa setengah mati,

hatiku seperti tak di tempatnya,

dan tubuhku serasa kosong melompong, hilang isi.

Kau tahu sayang, rasanya seperti angin yang tiba-tiba hilang berganti kemarau gersang.

Pada airmata yang jatuh kali ini, aku selipkan salam perpisahan panjang,

pada kesetiaan yang telah kau ukir, pada kenangan pahit manis selama kau ada,

Aku bukan hendak mengeluh, tapi rasanya terlalu sebentar kau disini.

Mereka mengira aku lah kekasih yang baik bagimu sayang, tanpa mereka sadari, bahwa kaulah yang menjadikan aku kekasih yang baik.

Mana mungkin aku setia padahal memang kecenderunganku adalah mendua, tapi kau ajarkan aku kesetiaan, sehingga aku setia, kau ajarkan aku arti cinta, sehingga aku mampu mencintaimu seperti ini.

Selamat jalan, Kau dari-Nya, dan kembali pada-Nya,

kau dulu tiada untukku, dan sekarang kembali tiada. selamat jalan sayang,

cahaya mataku, penyejuk jiwaku,

selamat jalan,

calon bidadari surgaku….

JALAN KAKI DI TROTOAR..















































































































Saya pergi makan-makan sama anak basket gokil euy anak-anaknya! pmandangan dari jendela saya abis subuh&keisengan orang sini nyorat nyoret langit di atas gunung sakurajima (gunung keren yang masih aktif , di pulau kyushu) serta gambar pas saya pergi kesana, foto 'gaya' di depan monumen musik rock (entah saya lupa namanya), Lalu saya mandi air panas di hotspring paling terkenal disini, lalu saya juga ambil gambar di batu karang 'standing God' di Makurazaki, Saya juga mengunjungi pasar ikan tradisional yang cukup bersih, mengambil gambar menu ikan mentah yang rasanya yahud gila, dan trakhir saya mnemukan mobil yang sejenis dengan mobil saya di kampung halaman, bukan Rush atau Terios, melainkan Daihatsu 'Bego' (mungkin rush artinya disini juga bego' kali ya?)... ya wis, inilah secuil keasikan saya sementara ini...

Oya, hampir seminggu ini, playlist di itunes di iTunes saya ga ganti-ganti:
1. If I ain't got u (Alicia Keys)
2. Thank you (Dido)
3. Leaving on the jet plane (Chantal Kreviazuk)
4. No distance left to run (Blur)
5. Don't speak (No doubt)
6. Love song (311)
7. Never ever (all saints)
8. Quequ'un M'a Dit (Carla bruni)
9. Jizumuseki (ent)
10. Maximilian Hecker-home sick (KOC)
11. Fake plastic trees (Radiohead)
12. Vaka (Sigur Ros)
13. Sweet disposition (The temper trap)
ga tau knapa, banyak skali lagu-lagu lain yang lebih saya cintai, tapi lagu-lagu ini sedikit sulit membuat saya bosan, sehari bisa saya ulang berjuta juta kali...

ya wis...
tekker all..=]