Thursday, October 20, 2011

mulai merantau.

Sudah hampir 2 minggu ini saya 'pindah' dari hometown saya di Semarang ke kota (semi) metropolitan, Surabaya.

Kebetulan saya langsung menempati kosan yang saya pilih untuk sementara ini. Rencananya saya cuma di sini paling lama 1 bulan. Saya menempuh rangkaian ujian seleksi untuk mengambil pendidikan spesialis alias sekolah lagi. Dari 17 peserta ujian untuk bidang ilmu bedah saraf (yang saya ambil) ini, hanya akan diambil 3 orang. Dengan resiko bila tidak diterima, maka kami tidak boleh mendaftar (di bidang ilmu yang sama) untuk kedua kalinya. cukup wah, bukan??
Tapi bila dibandingin dengan bidang lain disini, ada beberapa yang lebih 'gila'. Contohnya, cardiologi, pendaftarnya ada 52 orang, dan hanya akan diterima 7.

Ujian pertama yaitu ujian TPA (tes potensi akademik), lalu bahasa inggris, dan psikotes (tertulis & wawancara). Pengalaman pertama saya ngikut tes2 sbangsa itu, mnurut saya tes2 tersebut hanya butuh otak yang segar, dan walau otak saya segar kemaren itu, tetep aja ngrasa dodol.. Maklum ni otak uda lumayan lama saya anggurin, hehe..

Besok saya akan melakukan rangkaian ke2. tes kesehatan, ujian teori (bidang ilmu) dan diakhiri tes interview. dan ke3 tes ini ga berturutan, dilakukan dalam 2 minggu. bikin mules nunggunya. Semoga lancar dan hasilnya terbaik.

Satu sisi, saya baru kali ke-2 ini ngerantau di tempat asing. Yang pertama dulu di Jepang itu (bisa liat tag 'go to the east' di blog saya ini) dan kini saya di Surabaya. Surabaya ternyata memiliki kultur sosial yang lumayan berbeda dari Semarang walau sama-sama Jawa. Dari sikap, sampai (terutama) logat jawatimurannya yang khas. Tentu adaptasi disini lebih cepat daripada di Jepang dulu.

Keseruannya disini, saya mendapat tantangan untuk ngatur duit layaknya anak kos. Ga semudah yang saya bayangin. adaaaa aja pengeluaran yang ga terlalu bisa terkontrol. Keseruan lain adalah, bersepeda disini (kebetulan saya bawa istri saya, Merida Dee itu.. hehe), dengan berdasara googlemaps dan jiwa petualangan saya #tsaaah, saya berhasil memetakan kota Surabaya ini dengan lumayan baik, skaligus menjaga fisik saya dengan spedahan. Sayangnya, saya sangat merindukan jalanan nanjak yang sama sekali ga ada disini. sampai ujung berung di Surabaya datar, bung!! hehe, tapi gapapa, jadi nambah latian sprint..

yaaa begitulah sekelumit crita hidup saya 2 minggu ini.. =]

Saturday, October 01, 2011

my first 10K !! =D




tanggal 25 September kemaren, saya ngikutin acara lari 10k yang bertajuk Adidas King Of The Road Indonesia 2011, Acara ini diadakan di komplek Ancol, Jakarta.

Karena ini pengalaman pertama saya ngikutin lari 10k (kelas umum), adinya ini jadi sungguh spesial. Saya, Raka dan Ade, ke-duanya temen saya yang uda domisili di jakarta dan bandung, kebetulan daftar bareng dan join bareng di acara ini.

Saya ga pernah nglakuin lari sejauh itu, tredmil ato lari di komplek (jujur, ngebosenin, enakan nyepedah.. hehe) paling ga sampe stengah jam. Tapi kemaren itu, dengan persiapan yang beneran seadanya (g pernah latian lari euy..) saya berhasil nempuh 10km tanpa berhenti skalipun, di endomondo saya (aplikasi ngitung jarak n waktu, dll di hp saya) nyatet waktu 50menit. Alhamdulillah sedikit diatas target saya: yang penting finish, kalo bisa satu jam.

Apa yang saya rasakan setelah selesai? tentu kaki saya dari paha sampe lutut dan telapak kaki saya kerasa kaku seperti robot. Tapi jujur itu yang bikin saya puas. Saya berhasil menekan limit saya, memaksakan diri ga berhenti sampai finish dan merusak sel-sel otot tubuh saya untuk sementara.

Kebetulan saya lebih biasa olahraga dari ke2 teman saya tadi, mreka (lumayan) jauh di belakang saya,10-15 menit lah. Dan bagian menyenangkan dari lari saya itu, dari start sampe finish, saya 'ditemani' oleh pelari aseli Inggeris, namanya lupa (tu liat aja fotonya, usianya 48tahun loh!! 2kali saya!!! ), pada skitar 3 km terakhir, saya ajak ngomong dia, aneh juga slama km 0 sampe 7 saya cuma diem-dieman tapi kita slalu beriringan, nyalip dan silalip sama pelari pro dan pelari umum kaya kita. Kita saling ngaku kalo uda lumayan ngrasa mati dan lelah tapi saling nyemangatin, dia ikut pace saya, sebaliknya juga. Intinya kalo misal kita ga beriringan, mungkin kita bakal lebih lamban bahkan nyerah. Seru ya!

Selalu ada hal positif dari passion di olahraga, dari meng-eksplor limit diri sendiri, melatih mental, kesehatan, dan seperti di akhir tadi, sebuah persahabatan instan yang indah =]

thx to adidas, raka, Ade, papah, dan Aztia, yang ngedukung saya ikut ini. Pengalaman sungguh keren!! saya janji bakal ikut 10k-10k lainnya!!

Back to Basic!

Ilmu, iya, ilmu apa aja semua bakal berkembang (saya lagi ga ngomongin ilmu agama yaa), kebetulan saya bergelut di bidang yang secara global trus-trusan ngupdate ilmunya yang bahkan ngikutinnya aja perlu dedikasi tinggi. Mungkin juga begitu dengan ilmu lain.

Tapi tentu, pada dasarnya smua ilmu itu punya 'dasar'. Kaya Basket, gerakan gerakan dasar offense yang dirangkum di tripletreat(passing-dribbling-shooting). Ato di bidang saya sebagai dokter umum, ada anatomi, fisiologi, biokimia. Begitu juga di bidang-bidang yang spesialistis, pasti ada dasar yang menjadi fondasi perkembangannya.

So far saya perhatiin, dari rangkaian acara ilmiah yang barusan saya ikutin (seperti gambar diatas) atau ilmu yang saya curi dan dapat dari para guru saya, terdapat ke-khasan pada isi dari lecture atau kuliah mreka, saya nilai, bahwa semakin dalam ilmu mreka, justru ilmu dasar mereka muncul ke permukaan. Mungkin sulit ngejelasinnya, maksud saya mreka kliatan bener-bener 'megang' sama ilmu dasar mereka tanpa menghilangkan lagkah-langkah termaju sesuai perkembangan terkini. Terlihat jelas mereka sudah kbanyakan garam alias pengalaman membentuk mereka menjadi guru yang visioner dan paham akan apa yang mreka bagi.

Ada contoh ni, ada salah1 guru (terhebat) saya, prof.Arita. Ketika sedang mengajarkan tekhnik operasi pada murid-muridnya (dari beberapa negara), lalu ada yang menanyakan:
"professor, I've seen proffesor J... (saya lupa namanya, pokoknya profesor bdh srf legendaris Amerika) did this kind of operation by ...* metode. Why are u still teach us this metode, this is traditional thing?" (*: anggap aja metode keren)
"yeah right, Prof.J is genius, but I am lay person, so you are all now. And I just teach you what u can do after this without become genius person."
hmm, ngerti ga yang barusan, dia sebagai personal memegang teguh basic ilmunya padahal saya yakin dia nguasain ilmunya itu sampe tingkat tinggi. Dan sebagai guru, dia bukan pelit ilmu, tapi memberi dasar-dasar yang kuat pada muridnya.

hehe, omongan saya normatif banget ya..
Mari kuatkan basic, dan mari melaju menembus langit. =]