Tuesday, March 20, 2012

Bulan ke4: Arti Pulang




Lumayan ga krasa, mungkin karna rutinitas monoton yang memenuhi hari-hari saya. Kuliah dari Senin sampai Jumat, pagi sampai siang. Sore ambil data sampai hari Kamis bantuin kakak-kakak bikin laporan forum mingguan. Senin ngaji, Selasa pagi joging malemnya Basket, Rabu malem futsal, Kamis bikin laporan, Jumat jalan, Sabtu pagi Futsal lalu lanjut bobo seharian, Minggu Nyepeda Sidoarjo pagi sore bikin laporan Nerotrauma di IRD. Sela-sela itu saya juga jadi sering jalan ma anak-anak dari bagian lain sesama MKDU, temen-temen baru (kecuali ada tugas).
Siklus yang monoton, tapi jadinya krasa cepet.

Tanggal 18 Maret, weekend trakhir saat saya nulis ini. Sahabat terdekat saya, Erik, nikahan di Semarang. Kalo dicritain tentang perjalanan cintanya sama istrinya, Dina, dimana sedikit banyak saya ada di dalamnya (sok penting ya saya?) critanya panjang, jadi ga saya critain disini ya..
Jadilah saya 'meksa' untuk pulang ke Semarang, kalo diitung itung saya jarang pulang untuk ukuran jarak Surabaya-Semarang yg cuma 4jam naik kreta..

Singkat cerita, terjadi banyak hal, bisa disebut kepulangan kali ini diantara penyelesaian masalah-masalah yang saya tinggalin selama pindah kesini, dan melipur rindu dari penatnya suasana Surabaya (bukannya ga krasan, tapi mnurut saya, ditunjang dengan rutinitas sekolah awal, tapi secara kota saya ga suka Surabaya, belum suka.).




  • Saya ketemu sama teman-teman Semarang saya, secara dari SD saya uda temenan dan satu lingkungan sama Erik, dan Dina juga saya deket, dan taulah Semarang itu kaya Friendster kecil, semua orang berhubungan. iya, kecil banget.
  • Kota Semarang sendiri, udaranya, jalan-jalannya, orang-orangnya, bangunan-bangunannya, teksturnya, semua-semuanya. Kalo ada ibu kota provinsi di Jawa (saya g tau slain pulau Jawa) yang stagnan, ga pernah brubah, gitu-gitu aja, ya Semarang jawabnya. Dan ke-subjektif-an saya ini juga karna saya emang lahir dan besar disini. Mohon maklum ye.. =]
  • Arti keluarga. Kebetulan kakak saya dan suaminya juga hadir untuk nikahan Erik, kenal baik juga mereka. Jadinya kami , kluarga saya bisa berkumpul "lengkap". Mungkin saat dulu saya ga nganggep sarapan bareng ato pergi makan bareng itu artinya seged yang saya rasakan sekarang. Ayah saya sibuk operasi, Adek saya uda mau Koas dan sibuk pacaran, Mama sibuk ngurusin ini itu dan jadi gendut *halah, kakak saya yg uda jadi orang juakuartah ikut suaminya, dan saya duduk di bawah langit kota yang jaraknya lebih dari 300km dari rumah. Selain itu, baru kali ini saya memecahkan masalah saya, tentunya yang berhubungan dengan ortu, ngomong baik-baik, dan amazingly, mreka nerima argumen saya. Tentang nikah, saya nunda, padahal mreka minta cepet, sepaket sama calonnya. Mreka stuju saya nunda. hehe.. (biasanya kalo beda paham gitu diskusi kami diakhiri pertengkaran.)
  • Get away to Jepara with my special agent. bersama si Icil, si agen Bulan saya. =]
  • Meng-clear-kan masalah says same Arwen saya. Mungkin teman-teman yang pernah iseng baca tumblr saya, tau lah siapa itu si Arwen, minimal ngebayangin liv Taylor bojonya Aragon di LOTR. hehe.. Mungkin lain kali saya ceritain di postingan lain tentang Arwen ini. Too complex, too dreamlike, too lovely, too hurty..
Trakhir saya kumpul bareng di BaksoMania, warung Bakso kelolaan keluarga Erik-Dina sebelum kami berpencar ke kota masing-masing.

Kalo beberapa waktu lalu, saya pengen merantau sangat itu, salah satunya untuk ini, memiliki perasaan 'pulang'. Mungkin banyak yang belum atau banyak juga yang uda ngrasain hiperbol rasa saya ini?

iya, Pulang.

and, i feel much better now =]

Thursday, March 08, 2012

mendaki Kembar Dua (Arjuna) -2,end-

Kami mengikuti setapak setapak yang biasa dilalui para pencari kayu bakar, mbah Garmin hanya bisa nunjukin arah puncak, stidaknya itu ngebantu biar ga salah arah, ga lucu kan, kita nanjak segitunya tapi ga sampe puncak malah k ujung tebing yang jurangnya nuju ke istana underworld-nya Hades?
Setapaknya banyak banget yang bercabang, streamline (tali-temali/tanda yang ditinggalkan para pendaki di dahan-dahan buat nunjukin jalan 'yang bener') yang ada malah kadang bikin kita tersesat. Kalo dikumpulin, kami tersesat bisa ada 3-4jam sendiri, kami ngkikutin streamline, lalu ga ada jalan lagi, ato malah ke tebing yang g ngarah kepuncak, ditambah hujan, lalu kami turun ke titik lebih bawah untuk mengulang meniti setapak lagi, yang ternyata setapak yang benar banyak yang ketutupan semak semak dan dahan yang menyilang.

Kami pun menyimpulkan kalo jalur kami ke puncak ini memang jarang dilewati, sampah-sampah seperti bungkus permen atau yang lain yang Alhamdulillah sering jadi penunjuk jalan ini, juga sudah pada usang, nunjukin kalo itu udah lama. Dan yang paling asoi adalah pada ketinggian sekitar 2700an, kami harus menembus hutan pinus yang hutan itu (mungkin) satu-dua tahun trakhir ini mengalami kebakaran, absolut ga ada setapak, jadi kami melewati, menembus pohon-pohon besar sampai kecil yang rubuh, berlapis arang, dan sarang laba-laba yang dengan keterpaksaan kami rusak biar bisa lewat. So much critical point in those journey we had through, iya, emosi kami berdua begitu diuji, selain fisik tentunya. Senangnya saya sama Zaki sama-sama tipikal bisa mendam, hanya diem-diem aja, mungkin sama-sama memehami filosofi perjalanan seperti ini, pasti adddaaa aja... *tsaaah

Banyak sekali keindahan yang kami temukan disamping penderitaan-penderitaan itu, ini gunung pertama yang banyak 'hot steam' (lubang-lubang yang mengeluarkan asap panas dari inti bumi, kadang berbau belerang) nya di ketinggian tertentu. Jadi kaya setting film-film kolosal cina saat pendekar-pendekar bertarung dalam hutan yang keluar asep2 sebagai backgroundnya *opotoh..

Kami berjalan diatas hutan dengan tanjakan lumayan tajam, Alhamdulillah perjalanan yang kami tempuh dari jam 8-9an pagi kami akhiri pada skitar pukul 4-5an sore di padang rumput yang lumayan datar dan luas buat ngecamp, terletak antara puncak satu dan dua, kami memutuskan disini, dan melanjutkan misi muncak kami pada sebelum subuh keesokannya, kami sangat lelah dan kedinginan (tadi sempet kehujanan juga), setelah bersih-bersih, bangun tenda, masak-masak, kami menikmati sunset (sebenarnya zaki aja yang nikmatin, saya uda di dalam sleepingbag karna menggigil kedinginan skitar 1jam-an), kami istirahat sampai jam3 dini hari. Malam itu begitu sunyi, langit sangat cerah, sesekali kami menengok keluar dan menikmati indahnya ribuan rasi bintang yang dengan tak senonoh terlihat jelas di langit malam yang sangat cerah.

Pada jam 3an kami bangun, skitar stgh jam kami bersiap-siap, hanya membawa minum dan sejumlah cemilan di ransel kami, berjalan menuju puncak dua, ujung dari misi kami, yang kami tempuh skitar 45menit dari tempat kami ngecamp.

Kami sampai puncak tepat pada saat matahari masuk gerbang terbit, lanit di atas kepala kami masih gelap, namun fenomena di ufuk timur yang warnanya mulai nyampur antar biru dongker dan orange. indah. speechless.
Zaki bertanya pada saya, siapa yang mau azan, saya spontan mengiyakan, slama ini saya 'cuma' solat di puncak, kali ini saya azan. merinding, bukan karna dingin (meski jari saya uda ga krasa karna hampir beku, lupa bawa kaostangan euy), tapi karna merasa begitu kecil , begitu lemah, begitu... hmmm, ga ngerti diskripsinya gimana. Sungguh pengalaman spiritual indah. Mentaripun pelan-pelan terbit, sekeliling pandangan kami hanya langit, batas cakrawala, puncak arjuna, welirang, dan beberapa gunung kecil d sekitar awan-awan yang begitu indah menutupi kaki-kakinya.

Singkat cerita, sperti pendaki pada umumnya, kami menikmati 1-2jam an momen di puncak dengan diam, foto-foto, diam, foto-foto, diam,, =]

Pada jam8an kami meringkaskan barang-barang kami, mengisi perut kami, lalu mulai turun... Kami pun beberapa kali tersesat tapi cepat menemukan jalan yang benar (turun gunung lebih jelas ngeliat setapak). lutut saya, angkle saya mulai lemas, tapi saat itu hanya kepulangan yang dirindui.

Kami sampai di Surabaya skitar sore jam4an, Alhamdulillah. Kepulangan adalah 'the real finish' kata Zaki.