Tuesday, September 13, 2016

Rumah (yang) kokoh

Hai kawan!
Rasanya cari waktu yang pas untuk melakukan sesuatu yang tidak masuk daftar prioritas itu sulit sekali ya, contohnya rutin nulis di blog pribadi seperti ini. 

Sudah hampir satu tahun saya di perantauan yang sebenarnya, digaji untuk belajar mengenai hal yang nyata namun butuh maintenance terutama untuk menyambung semangat. Seperti iman, semangat belajar itu, walaupun sesuai passion, itu sungguh seperti rollercoaster. 

Kehadiran Kiana Naira, si putri bulan kami, juga hampir terhitung satu tahun. Kami masih merasa separoh mimpi dikaruniai si mungil ini. Kami sadar kami termasuk spesies manusia yang normal yang setelah ada anak di keluarga kecil kami ini, segalanya ya untuk anak. Pengorbanan pengorbanan kecil sampai mungkin besar,(ga pernah nonton bioskop, ga pernah spedaan lebih dari 2-3jam, ga pernah belanja , makan makan hedon, baju simple yang ga ada bukaannya buat nyusuin, tidur pelukan tanpa baju , dll dll) kami jalani sepenuh hati, mungkin kadang kami meratapi, tapi menjadi ikhlas sekejap setelah melihat gelak tawa, bahkan membayangkan nafas tidurnya saja. Seperti jadi adem gitu, kaya relanya tu rela banget gitu..

Begitu natural alami atau apalah bahasanya,, 
Hari hari yang terasa pendek dirumah dan panjang di laboratorium karna ga nemenin si kecil, Subhanallah ya pemberianNya ini.
Betapa rasa akan 'rumah' itu setiap waktu akan tumbuh dan luas, dahulu kita anak yang  tak tahu apa apa, lalu menjadi pemberontak dan tak merasa disayang, sampai merasa orangtua dan saudara itu priceless saat kita melamun dan dirundung rindu akan bau masakan ibu dan keunikan kakak adik kita saat harus lama tidak dirumah. Lalu kita menikah, memiliki orangtua asing yang menjadi orangtua kita juga, dan kita pun berkembang biak, lalu kita menjadi orangtua anak yang setiap detilnya adalah tanggung jawab kita, tanpa merasa harus maintenance rasa kasih kepada mereka karena semuamuanya begitu didapat secara otomatis dan gratis (rasa).

Iya, membangun rumah (yang kokoh) itu ternyata sudah dimulai sejak kita lahir, sejak kita dirawat penuh ikhlas oleh leluhur kita, sekelompok manusia yang kita sebut keluarga.

Hehe,
Have a good day, homosapiens!