Monday, March 20, 2017

Kagoshima Marathon 2017: pre&post (PART2-END)

Saya jadi teringat saat saya mulai "terjun" ke hobi olahraga endurance. Memang olahraga adalah bagian penting hidup saya, walau cupu, saya tumbuh di lingkungan basket. Banyak prinsip dasar hidup yang saya dapet karena kesan yang dalam di perbasketan sejak saya SMP, terutama saat hidup saya basket banget saat SMA, lalu saat kuliah (walaupun ga ikut club lagi) tapi hampir tiap hari ke lapangan peleburan UNDiP buat main satu-dua game..

Setelah lulus menjadi dokter, rupanya tantangan hidup sedikit berbelok yaitu terutama mengenai waktu dan prioritas. Namun tetap, tidak bisa menggeser 'olahraga' dari prioritas utama hidup saya. Dan susah juga ya ngumpulin temen buat slalu main bareng, kan prioritas sendiri-sendiri dan berbeda. Walau basket juga masih banget jadi hobi, akhirnya lari dan sepeda jadi pilihan hobi. 

Tepatnya sekitar 2010-2011an, selalu menjadi fase terindah saat saya membeli sepeda balap seadanya ( total 4juta rupiah, tabungan hasil jualan kaos manusia-kamil, dari cuma nyepeda ke cfd sampe keliling semarang) dan pertama ikut event lari 10k. Adalah Adidas King Of The Road (KOTR), di Ancol september 2011, ga pernah latian lari, diajak temen, pake clana basket, 56menit, dan tentu setelah lari badan saya kaku sampai seminggu berjalan kaya wayang kulit. Tapi justru itu jadi tonggak.

Jujur, pace saya ga pernah lebih baik dari pertama saya lari sampe skrg. Tapi (berhasil) 'konsisten' sampai titik sekarang, dan sepertinya jantung saya juga lebih baik dibanding sebelumnya. Terutama, walaupun berat badan (sebagai indikator paling simpel), sejak saya SmA sampai titik ini (15tahunan) 'cuma' naik ga sampe 10kg. Hehe masih jelek sih ya ini, tapi kalo misal ga olahraga rutin, kayanya saya ga bakal bisa makan se-enaknya dan meng-gendut (seperti orang-orang di lingkungan saya). Tapini insyaAllah target mau BB ideal lagi lah ya besok besok (masi susah nih ngatur selera makan hehehhe)
.........................................................................

Ada barier seperti tembok raksasa mengenai limitasi saya sebagai pelari. Walau konsisten, saya cuma lari 10-15km per minggu, alias sebulan sekitar 50km, staun juga sekitar 600km saja. Paling jauh longrun 10km, ga lebih. Saya selalu menikmati detilnya, saat lari dan bersepeda. Udara, angin, matahari, hujan, gesekan aspal, bangunan, dan terutama alam, saya yakin sbagian besar penghobi olahraga endurance tahu prasaan itu. Dan merupakan naluri yang wajar tentang  kebutuhan akan tantangan lain. Kali ini tentang full marathon. 42,195kilometer.

Beruntung saya tau dan kenal beberapa teman yang menginspirasi saat yang tepat. Kali ini kakak-kakak di grup sepeda dokter bedah di whatsapp ( www.yscc.web.id). Ada salah satu kakak saya yang sebelumnya berkutat di kehidupan yang termasuk sedentary life, lalu saat ini bertransformasi, dan menggunakan acuan cardiobased training. Saya langsung 'fallin in lope' dengan konsep tersebut. Dan setelah ngobrol dalem sama beliau dan lanjut menjadi acuan saya untuk percaya diri menembus barier saya sebagai pelari yang sudah lama lari tapi masih virgin full M! Kagoshima Marathon 2017. Saya punya 4 bulan untuk persiapannya.
.........................................................................

Investasi pertama saya adalah membeli heart rate monitor. Pilihan saya jatuh ke sportwatch type m200 polar. (Maklum lah budget minimal), dan membuat program yang tersedia di website polar, cardiobased training. Walaupun akhirnya saya cuma memenuhi 60% saja programnya, ini sangat penting bagu keberhasilan saya di event full marathon kemarin.

Dan satu pelajaran lagi, konsisten itu sangat tidak mudah. (Padahal program latian saya buat simpel banget loh ya.. lawong target saya cuma 'finish' dibawah cutting time)
.......................................................................

Seperti yang saya tulis di postingan saya bulan januari lalu tentang 'musibah' di daerah anus saya. Hehe.
Iya, selama bulan januari saya skip latihan, karna kesembuhan luka oprasi-nya menuntut saya total istirahat. Bukan hanya itu, pada bulan febuari sampai h-satu minggu, saya masih menggunakan semacam pad/tampon di pantat saya karna luka masi basah. (Penyembuhan luka oprasi fistula-nya membutuhkan waktu minimal 6-8minggu).

Alhamdulillah saya jadi tahu, rasanya frustasi. Persiapan yang saya bangun sebelumnya, sperti cuma-cuma. Betapa menderitanya para atlet yang terpaksa bersabar cederanya sembuh, apalagi yang kehilangan kariernya karna cedera parah.

Iya, saya juga frustasi, bahkan berjalan biasa saja rasanya sakit dan 'terbatas'.  Hal ini pun bersamaan dengan puncak musim dingin. Nyambung-gak nyambung, rangkaian itu menjadi satu hal yang dramatis di persiapan full-marathon pertama saya. Karna memang cuma itu yang ada di pikiran saya.
........................................................................

Kesimpulan yang saya dapati setelah fm kemarin:

Transformasi dari short-mid distance fun runner pace 5-6min/km HR (selalu zona 3-4), menjadi long-distance runner (lover) & fun runner pace 7-8min/km (hr zone 2-3).
Menyenangkan.
.........................................................................

Okey, kemarin fm pertama saya, alhamdulillah finish , enjoy while & after running. Next project: join full marathon event (one) every year until my age is 50. Itu artinya saya bakal punya 20 medali insyaAllah. Dan ga muluk muluk lah, tujuan personal best saya 5 jam, 10tahun lagi. =]
InsyaAllah insyaAllah

Friday, March 10, 2017

Kagoshima marathon 2017: durante (PART1)

7kilo lagi.
Kesunyian sangat terasa di titik itu, sudah sekitar 5 jam-an (entah berapa tepatnya) saya ada di dalam event full marathon pertama saya. Sebuah hal besar bagi seorang saya, sudah mulai 'lari' 4 tahun sebelumnya, rutin (disamping bersepeda), hidup di lingkungan (terutama teman sosmed) yang bahkan sudah finish beberapa kali fm padahal baru 1-2tahun mulai lari). Barier mental yang akhirnya saya tembus di usia saya yang sudah kepala 3 ini. Lumayan lah ya..

Check point kilometer 35, terhampar pemandangan laut dan kaki gunung sakurajima di sebrang sana. Iya, kaki saja karna hampir semua tertutup awan tebal sejak malam sebelumnya, gerimis dan hujan bergantian tanpa mengijinkan sinar matahari bebas menerpa para pelari. Angin yang biasanya bertiup dari utara kini berkhianat karna seperti datang dari mana-mana. Bukit bukit indah yang ditutupi kabut di sisi kanan, dan jalan raya sebagai jalur kami yang kelihatan legam paduan aspal dan genangan. Mungkin untuk sebuah event marathon pertama, kondisi cuaca buruk adalah sangat diluar ekspektasi.

Mungkin saya rombongan yang trakhir-trakhir di titik itu dari total hampir 10.000 peserta, (kalo dilihat dari sertifikat setelah finish, saya urutan 6600an) cuma segelintir yang masih 'lari' termasuk saya, semuanya berjalan sambil hanya konsen pada nafasnya. Kelam. Betapa hebatnya para penonton yang masih saja ada di setiap 1-2km sambil memberi semangat ke semua pelari yang lewat. Begitupula para volunteer yang memakai jaket panitia yang tetap berdiri kedinginan di pos mereka. Paling tidak kami ini ada kesamaan, kehujanan dan kedinginan.

Di kilometer 30, sportwatch polar m200 saya tiba-tiba lowbat dan secara otomatis menonaktifkan gps dan hrm-nya. Artinya saya uda ga tau pace saya brapa, hr saya brp, uda brapa persen saya lari (saya pakai %  jarak kali ini). Yaa memang ekonomis sih itu sportwatch, jadinya ya maklum deh ya erornya cepet, tapi kok ya pas event to ya... hadeeeh). Tujuan saya kali ini cuma 3, niru om muramaki di buku "what i talk about when i talk about running" yang lebih mirip atobionya doi soal dirinya dan hobinya: pass the finish line, keep running not walking, enjoy the event.

Alhamdulillah saya berhasil memenuhi 3 itu.
Dan di kilometer terakhir saya bisa naikin pace sampe 7. Finish dengan senyuman, karna memang benar-benar bahagia saya bisa menyelesaikan 42,195 km dengan berlari, tanpa berjalan, dan menikmati setiap detil moment-nya. Tanpa kram, tanpa kelaparan, tanpa kehabisan nafas.6jam30menit (nett 6jam2menit) 


Sampai km30(sebelum jam saya mati) tercatat hr saya 150an terus (zona3 latihan), pace sampai sebelum berhenti pipis (yang ke 5) dan lutut kanan dan kedua angkle saya mulai nyeri (lebih ke fatigue) saya bjsa jaga di sekitar 8-8.30. Setelah itu kayanya pece saya 9 sih hehe.. selain godaan untuk pace terlalu cepat pada kilometer pertama setelah start, saat semua orang dengan semangat mulai berlari, godaan untuk jalan muncul terus terutama setelah km 35, tapi Alhamdulillah saya nahan diri =]
Maintanance untuk hidrasi dan balans elektrolit saya jaga dengan minum air dan sportdrink 100-200cc setiap waterstop, makan pisang di foodstation tiap 10km, juga saya lahap gel carbohidrat setiap 10km dan 5km trakhir. 
Justru masalah paling besar kmrn yang diluar estimasi adalah toilet time. Entah kenapa, diluar kbiasaan tubuh saya, saya sering skali pipis. (Sebelum start aja saya pipis 2kali). Mungkin kaitannya dengan suhu dingin dan hujan (realfeel sekitar 5-10celsius). Dan bukan saya saja sepertinya, karna semua titik yang disediakan toilet, terlihat antrian yang paaaaaaaanjaaaaaaaaaaang. Di catatan jam saya (dan 10km trakhir pakai nikerunning stelah jam mati) waktu aktif lari saya adalah 5 jam 56 menit. Berarti kalo 5 kali antri pipis, saya rata rata ngabisin 5menit setiap berhenti itu, dan tentunya bikin kacau adaptasi tubuh juga kehilangan momentum. Di sisi lain, saya memang perlu ngitung secara cermat rehidrasi saya, walaupun berhasil ga dehidrasi tapi kalo buang buang waktu karna overbalans juga ga asik.


Wah, panjang juga ya cerita saya, hehe
Oke saya lanjut ke tulisan lain tentang kisah persiapan dan post race-nya yaaaa

Wednesday, March 01, 2017

Soal mimpi

Tentang bermimpi dan cita-cita(dunia), kiranya akan saya bebaskan kepada generasi penerus saya. iya, setelah berkeluarga dan melihat perkembangan si kecil, secara naluri saya menaruh harapan dia akan menjadi apa saat nanti sudah dewasa. Tapi beneran ga mau itu menjadi batasan. Soal penanaman nilai nilai hidup, agama, tentu saya dan istri memiliki pandangan (yang normal pula) untuknya, tapi ini mengenai cita cita yang spesifik. 

Mungkin orang tua si pendiri gojek (atau transportasi online lain) tak pernah berpikir anak mereka , bahkan cenderung agar anak mereka tidak menjadi sekedar pengelola sopir speda motor, jika itu menjadi cita-cita si anak sejak kecil. Begitu juga si pendir-pendiri  usaha online / sosial media global saat ini , saya yakin saat kecil mereka bahkan ga pernah ngebayangin apa yang mreka dirikan.

Dunia ini dinamis, berubah setiap rotasi dan revolusi bumi. Di bidang saya, bedah saraf, mungkin saat saya masuk kuliah medis dahulu, sama sekali ga ada bayangan akan terjun ke hal hal yang berbau molekuler. Masih jelas di ingatan saya saat pilihan belajar bedah saraf atau bedah ortopedi ada di hati saya sebelum akhirnya memutuskan blajar otak. Dan masih jelas juga saat berangkat belajar kemari, saya masih membayangkan saat pulang nanti akan menjadi ahli pembuluh darah otak.
Dan akhirnya ninggalin cita-cita trakhir itu untuk lebih mendalami bidang molekuler untuk keganasan. Pelan-pelan saya mencintai itu.

Kadang kita semacam kaget atau menaruh kedalam hati kata-kata ungkapan diri sendiri yang terucap. Pernah suatu saat saya siratkan kepada istri saya saat pillowtalk, "menjadi apapun kelak nanti, aku cuma yakin satu hal: bahwa ada hal besar yang menunggu aku di depan."
saya sendiri menjadikan ini sbagai salah satu kalimat motivasi diri sendiri, dan sudah tersurat sejak dulu, contoh pas lulus s1, trus sumpah dokter, masuk residensi, meski saya bersukur sekali bisa melewati tahap-tahap tadi, tapi rasanya saya ga ada bangga-bangganya sama diri sendiri, sangat menganggap perayaaannya berlebihan, ngrasa ga pantas diucapkan selamat, istilahnya itu semua ga ada spesialnya gitu heheheh, mgkn lebih ngrasa spesial dapet medali fm pertama saya nanti hehehehehehhehehehehe



Saya selalu exciting dengan masa depan, untuk karier saya, terlalu banyak yang saya khayalkan sejak dulu, terlalu banyak inspirasi yang saya temui di setiap mata saya memandang, telinga saya mendengar. Ilustrator medis dan bikin buku, menolong komunitas penderita kanker dan menjadikan mereka keluarga, ikut membuat pondasi sistem di tempat bakti saya nanti, banyak hal, banyak, dan yang paling penting, bisa menjaga konsistensi dalam passion saya yang lain seperti sepeda dan lari, dan terutama, tidak kehilangan waktu dengan keluarga dan akherat. Duh banyak banget yak, kayanya 24jam ga cukup hehehe
Orang bilang kalo cita-cita ketinggian kalo jatuh terjun malah bikin lebih sakit, jadi yang realistis aja, ,,,,,,, iya terserah sih ya semua ini ungkapan-ungkapan general yang ga ada garis batas jelasnya, setiap individu cuma dibatasi imaji dan khayalannya, caranya mengelola rasa ihklas terhadap semua hal, caranya memilih senyum atau sedih jika diri sendiri dikasi ujian sama yang Kuasa, cara lobus limbiknya merespon lingkungannya, caranya adaptasi di setiap perbedaan.


Btw, buat kiana dan brother K -nya nanti, jadi apapun kalian nanti, TERSERAH.
=D