Wednesday, March 01, 2017

Soal mimpi

Tentang bermimpi dan cita-cita(dunia), kiranya akan saya bebaskan kepada generasi penerus saya. iya, setelah berkeluarga dan melihat perkembangan si kecil, secara naluri saya menaruh harapan dia akan menjadi apa saat nanti sudah dewasa. Tapi beneran ga mau itu menjadi batasan. Soal penanaman nilai nilai hidup, agama, tentu saya dan istri memiliki pandangan (yang normal pula) untuknya, tapi ini mengenai cita cita yang spesifik. 

Mungkin orang tua si pendiri gojek (atau transportasi online lain) tak pernah berpikir anak mereka , bahkan cenderung agar anak mereka tidak menjadi sekedar pengelola sopir speda motor, jika itu menjadi cita-cita si anak sejak kecil. Begitu juga si pendir-pendiri  usaha online / sosial media global saat ini , saya yakin saat kecil mereka bahkan ga pernah ngebayangin apa yang mreka dirikan.

Dunia ini dinamis, berubah setiap rotasi dan revolusi bumi. Di bidang saya, bedah saraf, mungkin saat saya masuk kuliah medis dahulu, sama sekali ga ada bayangan akan terjun ke hal hal yang berbau molekuler. Masih jelas di ingatan saya saat pilihan belajar bedah saraf atau bedah ortopedi ada di hati saya sebelum akhirnya memutuskan blajar otak. Dan masih jelas juga saat berangkat belajar kemari, saya masih membayangkan saat pulang nanti akan menjadi ahli pembuluh darah otak.
Dan akhirnya ninggalin cita-cita trakhir itu untuk lebih mendalami bidang molekuler untuk keganasan. Pelan-pelan saya mencintai itu.

Kadang kita semacam kaget atau menaruh kedalam hati kata-kata ungkapan diri sendiri yang terucap. Pernah suatu saat saya siratkan kepada istri saya saat pillowtalk, "menjadi apapun kelak nanti, aku cuma yakin satu hal: bahwa ada hal besar yang menunggu aku di depan."
saya sendiri menjadikan ini sbagai salah satu kalimat motivasi diri sendiri, dan sudah tersurat sejak dulu, contoh pas lulus s1, trus sumpah dokter, masuk residensi, meski saya bersukur sekali bisa melewati tahap-tahap tadi, tapi rasanya saya ga ada bangga-bangganya sama diri sendiri, sangat menganggap perayaaannya berlebihan, ngrasa ga pantas diucapkan selamat, istilahnya itu semua ga ada spesialnya gitu heheheh, mgkn lebih ngrasa spesial dapet medali fm pertama saya nanti hehehehehehhehehehehe



Saya selalu exciting dengan masa depan, untuk karier saya, terlalu banyak yang saya khayalkan sejak dulu, terlalu banyak inspirasi yang saya temui di setiap mata saya memandang, telinga saya mendengar. Ilustrator medis dan bikin buku, menolong komunitas penderita kanker dan menjadikan mereka keluarga, ikut membuat pondasi sistem di tempat bakti saya nanti, banyak hal, banyak, dan yang paling penting, bisa menjaga konsistensi dalam passion saya yang lain seperti sepeda dan lari, dan terutama, tidak kehilangan waktu dengan keluarga dan akherat. Duh banyak banget yak, kayanya 24jam ga cukup hehehe
Orang bilang kalo cita-cita ketinggian kalo jatuh terjun malah bikin lebih sakit, jadi yang realistis aja, ,,,,,,, iya terserah sih ya semua ini ungkapan-ungkapan general yang ga ada garis batas jelasnya, setiap individu cuma dibatasi imaji dan khayalannya, caranya mengelola rasa ihklas terhadap semua hal, caranya memilih senyum atau sedih jika diri sendiri dikasi ujian sama yang Kuasa, cara lobus limbiknya merespon lingkungannya, caranya adaptasi di setiap perbedaan.


Btw, buat kiana dan brother K -nya nanti, jadi apapun kalian nanti, TERSERAH.
=D

 

No comments: