Kebetulan pula saya sedang merantau ditempat yang 'komunikasi'nya merupakan hal ter'berat' sebagai tantangan. iya, belajar bahasa itu sebenarnya bisa dan mudah. Namun butuh waktu tidak sebentar. Dan akhirnya pertemanan -sebagai bentuk hubungan antar manusia yang ter'positif'- pun terkendala.
Namun terjadilah hal instan ini. Yap, lewat bahasa olahraga, terjembatanilah komunikasi tersebut. Terbukti dari hal besar, Piala Dunia, saya yakin ga semua bisa berbahasa Inggris disana. Para sporter, media, tuan rumah, pemain, oficial, setidaknya mereka berinteraksi pada wadah yang satu. Indah bukan? Dan terbukti pula di tempat saya foto diatas, kami sungguh sulit untuk berkomunikasi secara lisan, namun muncul sebuah keakraban, dan paket ekspresi intraksi lainnya dalam permainan kami (basket) , dan berlanjut diluar itu.
Disamping sbagai alat 'komunikasi' instan, olahraga juga jadi ajang atau media membela negri. Sekarang bukan jamannya perang dunia, tembak2an, bom2an lagi (meski sedikit ada), dan jadilah ajang olahraga menjadi sarang bagi para pahlawan dalam diri setiap pecintanya. Saya punya banyak pahlawan, para pemain Manchester United, Si grombolan Boston Celtics yang mati matian di final NBA tahun ini, Keisuke Honda di tim Jepang di Afrika Selatan sana, dan tentunya Para atlet negri Indonesia yang bermain pada ajangnya. iya, mereka adalah Pahlawan, walau beda, bagi saya mereka sejajar dengan Pangeran Diponegoro pada jamannya.
Ngerti ga? hehe
(ket. gambar: Saya (baju merah,duduk) bersama tim basket Medical faculty of Kagoshima Univ. beserta para manajer cantiknya disela latian rutin.)
No comments:
Post a Comment