Saya jadi teringat saat saya mulai "terjun" ke hobi olahraga endurance. Memang olahraga adalah bagian penting hidup saya, walau cupu, saya tumbuh di lingkungan basket. Banyak prinsip dasar hidup yang saya dapet karena kesan yang dalam di perbasketan sejak saya SMP, terutama saat hidup saya basket banget saat SMA, lalu saat kuliah (walaupun ga ikut club lagi) tapi hampir tiap hari ke lapangan peleburan UNDiP buat main satu-dua game..
Setelah lulus menjadi dokter, rupanya tantangan hidup sedikit berbelok yaitu terutama mengenai waktu dan prioritas. Namun tetap, tidak bisa menggeser 'olahraga' dari prioritas utama hidup saya. Dan susah juga ya ngumpulin temen buat slalu main bareng, kan prioritas sendiri-sendiri dan berbeda. Walau basket juga masih banget jadi hobi, akhirnya lari dan sepeda jadi pilihan hobi.
Tepatnya sekitar 2010-2011an, selalu menjadi fase terindah saat saya membeli sepeda balap seadanya ( total 4juta rupiah, tabungan hasil jualan kaos manusia-kamil, dari cuma nyepeda ke cfd sampe keliling semarang) dan pertama ikut event lari 10k. Adalah Adidas King Of The Road (KOTR), di Ancol september 2011, ga pernah latian lari, diajak temen, pake clana basket, 56menit, dan tentu setelah lari badan saya kaku sampai seminggu berjalan kaya wayang kulit. Tapi justru itu jadi tonggak.
Jujur, pace saya ga pernah lebih baik dari pertama saya lari sampe skrg. Tapi (berhasil) 'konsisten' sampai titik sekarang, dan sepertinya jantung saya juga lebih baik dibanding sebelumnya. Terutama, walaupun berat badan (sebagai indikator paling simpel), sejak saya SmA sampai titik ini (15tahunan) 'cuma' naik ga sampe 10kg. Hehe masih jelek sih ya ini, tapi kalo misal ga olahraga rutin, kayanya saya ga bakal bisa makan se-enaknya dan meng-gendut (seperti orang-orang di lingkungan saya). Tapini insyaAllah target mau BB ideal lagi lah ya besok besok (masi susah nih ngatur selera makan hehehhe)
.........................................................................
Ada barier seperti tembok raksasa mengenai limitasi saya sebagai pelari. Walau konsisten, saya cuma lari 10-15km per minggu, alias sebulan sekitar 50km, staun juga sekitar 600km saja. Paling jauh longrun 10km, ga lebih. Saya selalu menikmati detilnya, saat lari dan bersepeda. Udara, angin, matahari, hujan, gesekan aspal, bangunan, dan terutama alam, saya yakin sbagian besar penghobi olahraga endurance tahu prasaan itu. Dan merupakan naluri yang wajar tentang kebutuhan akan tantangan lain. Kali ini tentang full marathon. 42,195kilometer.
Beruntung saya tau dan kenal beberapa teman yang menginspirasi saat yang tepat. Kali ini kakak-kakak di grup sepeda dokter bedah di whatsapp ( www.yscc.web.id). Ada salah satu kakak saya yang sebelumnya berkutat di kehidupan yang termasuk sedentary life, lalu saat ini bertransformasi, dan menggunakan acuan cardiobased training. Saya langsung 'fallin in lope' dengan konsep tersebut. Dan setelah ngobrol dalem sama beliau dan lanjut menjadi acuan saya untuk percaya diri menembus barier saya sebagai pelari yang sudah lama lari tapi masih virgin full M! Kagoshima Marathon 2017. Saya punya 4 bulan untuk persiapannya.
.........................................................................
Investasi pertama saya adalah membeli heart rate monitor. Pilihan saya jatuh ke sportwatch type m200 polar. (Maklum lah budget minimal), dan membuat program yang tersedia di website polar, cardiobased training. Walaupun akhirnya saya cuma memenuhi 60% saja programnya, ini sangat penting bagu keberhasilan saya di event full marathon kemarin.
Dan satu pelajaran lagi, konsisten itu sangat tidak mudah. (Padahal program latian saya buat simpel banget loh ya.. lawong target saya cuma 'finish' dibawah cutting time)
.......................................................................
Seperti yang saya tulis di postingan saya bulan januari lalu tentang 'musibah' di daerah anus saya. Hehe.
Iya, selama bulan januari saya skip latihan, karna kesembuhan luka oprasi-nya menuntut saya total istirahat. Bukan hanya itu, pada bulan febuari sampai h-satu minggu, saya masih menggunakan semacam pad/tampon di pantat saya karna luka masi basah. (Penyembuhan luka oprasi fistula-nya membutuhkan waktu minimal 6-8minggu).
Alhamdulillah saya jadi tahu, rasanya frustasi. Persiapan yang saya bangun sebelumnya, sperti cuma-cuma. Betapa menderitanya para atlet yang terpaksa bersabar cederanya sembuh, apalagi yang kehilangan kariernya karna cedera parah.
Iya, saya juga frustasi, bahkan berjalan biasa saja rasanya sakit dan 'terbatas'. Hal ini pun bersamaan dengan puncak musim dingin. Nyambung-gak nyambung, rangkaian itu menjadi satu hal yang dramatis di persiapan full-marathon pertama saya. Karna memang cuma itu yang ada di pikiran saya.
........................................................................
Kesimpulan yang saya dapati setelah fm kemarin:
Transformasi dari short-mid distance fun runner pace 5-6min/km HR (selalu zona 3-4), menjadi long-distance runner (lover) & fun runner pace 7-8min/km (hr zone 2-3).
Menyenangkan.
.........................................................................
Okey, kemarin fm pertama saya, alhamdulillah finish , enjoy while & after running. Next project: join full marathon event (one) every year until my age is 50. Itu artinya saya bakal punya 20 medali insyaAllah. Dan ga muluk muluk lah, tujuan personal best saya 5 jam, 10tahun lagi. =]
InsyaAllah insyaAllah