Entah sistem atau apa yang jadi penyebabnya, siksaan batin selalu hadir jika tim kami menangani pasien-pasien tak mampu ekonominya.
RS Soetomo tempat saya sekolah(dan kerja) ini adalah rumahsakit dengan sistem yang kompleks. Ga terlalu paham sih, tapi bisa ditarik kesimpulan kalo ada pasien 'umum' alias tanpa/belum ada sistem asuransi yang meng-covernya, biaya yang dikeluarkan mreka untuk pelayanan disini lebih mahal daripada di rumahsakit swasta. Belum lagi biaya sehari-hari dari transport makan blablabla yang dikeluarkan keluarga pasien yang nungguin kala ga produktif kerja (karna nungguin si pasien)
kasihan terenyuh gatega dan masih banyak kata lain untuk menggambarkan mreka. Dan lagi, ada beberapa kebutuhan medis tertentu yang ga ditanggung asuransi tertentu, jadinya ya termasuk saya ini yang bertugas meyakinkan pasien untuk tetap membelinya, tentu dengan rasa ga tega pas jelasin ke pihak keluarga pasien.
Di luar itu, biaya yang dikeluarkan keluarga yang nungguin pasien, iya kalo mereka beranggotakan banyak jadinya bisa gantian, yang saya lihat sbagian besar tetap melibatkan para kepala keluarga atau anggota keluarga yang jadinya mereka ga produktif alias cuti dari pekerjaan demi nemenin si pasien. Makan dan mandi, transport dari rumah, bla bla bla itu smua ngluarin duit.
Solusi mentahnya adalah tentang asuransi kesehatan. Kebanyakan masyarakat ngurusin asuransi nya persis saat anggota keluarga mereka sakit. Kalo analoginya: asuransi kesehatan itu seperti pakai celana dalam. Semoga anda paham.
Walau saya, kami, bertugas melayani pasien hingga optimal menghadapi penyakitnya, namun batin kamipun sebenarnya lumayan tersiksa.
Apapun, saya dan situ dan smua harap jaga dan bersukur akan kesehatan. Beneran deh
No comments:
Post a Comment