Awalnya, pada tahun ke 2 saya menyambi menjadi asisten anatomi di kampus (ehm, sekarang uda tahun ke 5 saya menyambi,*maaf terkesan sombong ya kayanya?hehe), saya bersama teman saya Dedi dan mas Ade, berhasrat dengan begitu semangatnya membuat catetan yang lebih rapi tentang anatomi otak. Alasannya : 1. Kami beranggapan adik adik kami yang sedang belajar anatomi khususnya saraf pusat (semester 2), mengalami kesulitan dalam memahami hal ini. 2. Kami sama sama tertarik terhadap ciptaan Allah yang merupakan salah satu dari bermiliar 'keajaiban' pada tubuh kita ini, 3.hmmm, duit, mungkin.. hehe; 4. dan sebagainya dan sebagainya...
Thursday, April 22, 2010
BUKU RINGKASAN ANATOMI SARAF PUSAT
Awalnya, pada tahun ke 2 saya menyambi menjadi asisten anatomi di kampus (ehm, sekarang uda tahun ke 5 saya menyambi,*maaf terkesan sombong ya kayanya?hehe), saya bersama teman saya Dedi dan mas Ade, berhasrat dengan begitu semangatnya membuat catetan yang lebih rapi tentang anatomi otak. Alasannya : 1. Kami beranggapan adik adik kami yang sedang belajar anatomi khususnya saraf pusat (semester 2), mengalami kesulitan dalam memahami hal ini. 2. Kami sama sama tertarik terhadap ciptaan Allah yang merupakan salah satu dari bermiliar 'keajaiban' pada tubuh kita ini, 3.hmmm, duit, mungkin.. hehe; 4. dan sebagainya dan sebagainya...
Tuesday, April 20, 2010
wow wow
Sunday, April 11, 2010
... (2)
Sebuah Tanya
“akhirnya semua akan tiba
pada suatu hari yang biasa
pada suatu ketika yang telah lama kita ketahui
apakah kau masih berbicara selembut dahulu?
memintaku minum susu dan tidur yang lelap?
sambil membenarkan letak leher kemejaku”
(kabut tipis pun turun pelan-pelan di lembah kasih, lembah mendala wangi
kau dan aku tegak berdiri, melihat hutan-hutan yang menjadi suram
meresapi belaian angin yang menjadi dingin)
“apakah kau masih membelaiku semesra dahulu
ketika ku dekap kau, dekaplah lebih mesra, lebih dekat”
(lampu-lampu berkelipan di jakarta yang sepi, kota kita berdua, yang tua dan terlena dalam mimpinya. kau dan aku berbicara. tanpa kata, tanpa suara ketika malam yang basah menyelimuti jakarta kita)
“apakah kau masih akan berkata, kudengar derap jantungmu. kita begitu berbeda dalam semua
kecuali dalam cinta?”
(haripun menjadi malam, kulihat semuanya menjadi muram. wajah2 yang tidak kita kenal berbicara dalam bahasa yang tidak kita mengerti. seperti kabut pagi itu)
“manisku, aku akan jalan terus
membawa kenangan-kenangan dan harapan-harapan
bersama hidup yang begitu biru”
-by Gie-
...
-gie, unnamed poem-