Sudah hampir 3 tahun terhitung sejak mid 2015 kemarin saya di perantauan.
Rencana saya pulang oktober-november nanti. Diluar hal itu, saya memang sudah berjanji pada diri saya, sejak menyelesaikan 42km full marathon kagoshima pada musim semi 2017 kemarin, bahwa saat itu (usia 31) sampai usia 50 (atau lebih) saya akan terus mengikuti full marathon minimal setahun satu kali.
Harapan mengikuti ajang marathon lokal pada awal tahun ini gagal. Saya memutuskan tidak mengikutinya (padahal sudah daftar) karna setelah menilai kondisi saya setelah operasi kedua pada desember lalu (pengangkatan tumor punggung dan tulang blakang bagian leher, serta penanaman plat titanium) berakibat keterbatasan saya untuk persiapan apalagi untuk berlari, tidak ngapa-ngapain aja saya begitu… yaaa begitulah ya hehehheheh…
Diluar sana, hampir semua keluarga, teman-teman, guru-guru saya, dan lingkungan saya tentu khawatir dengan kondisi saya. Iya, sayapun.
Tapi entah, dalam hati masih ngotot untuk memenuhi janji pribadi saya, kerjaan saya mengecek jadwal event full marathon.
Takdirnya, ada pertemuan tahunan bedah saraf di Bali akhir oktober nanti. Lalu ada event borobudur marathon di mid novembernya. Segitu pas-nya ya =]
——
Ada usul dari salah satu sahabat saya (yang pelari juga), bahwa ini kesempatan yang baik untuk ‘charity run’. Iya ini memang untuk kebaikan, tapi jalan cerita pribadi saya cukup ‘menjual’ untuk menumbuhkan hasrat orang lain untuk peduli dan berdonasi dengan niat membantu manusia lain yang butuh bantuan. Saya langsung melangkah lanjut untkk merealisasikan hal itu, daftar marathonnya, mencari dan melakukan riset kecil kemana akan berdonasi, dan tehnis-tehnis kecil lain.
Saya juga membentuk grup ‘kecil’ untuk membuat fundraise saya ini berjalan baik,, sahabat saya tadi itu dan sahabat lain.
——
Pilihan kami jatuh kepada:
Yayasan kanker indonesia cabang jawa timur.
(Ulasan mengenai kenapa yayasan ini, bisa dibaca di posting kami selanjutnya)
——
Rasanya indah sekali hidup ini, walau sistem di negara kita (indonesia) untuk mensupport pasien dan keluarga penderita kanker rasanya lumayan jauh dari cukup, tapi setidaknya kami sangat bersemangat untuk melakukan sesuatu untuk mereka. Mungkin ini tidak besar, iya, kami bukan avengers yang akan menyelamatkan dunia. Tapi #milestoshare ini membuat setiap udara pagi yang kami hirup tambah segar, hidup kami yang penuh dengan kerjaan dan ketambahan training log untuk marathon 20 minggu lagi akan menjadi salah satu momen hidup kami yang puitis. Karena apa? Karena kami melakukannya untuk kebaikan orang lain juga.
----
Langkah-langkah yang saya ambil setelah memutuskan untuk membuat fundraising adalah:
- Nama. Ga terlalu rumit sebenarnya, setelah mempertimbangkan beberapa nama dan surving di internet dari banyak fundraise yang sudah ada, saya memutuskan memakai ‘miles to share‘ (usul dari istri saya) karena visi saya kedepan nama fundraise ini akan saya pakai lagi dan lagi, kalo bisa ya sampe nanti-nanti-nanti-nanti gitu.. *maklum saya kebiasaan ngayal jauh*.. jadi nanti kalo misal geng sepeda saya mau fundraise ya bisa pake ini, atau geng motor gaul mana gitu mau pake ini buat acara touring gitu juga bisa, asal tujuannya sama. Untuk membantu sesama. Cukup asik kan ya?
- Tujuan donasi. Ga terlalu rumit juga menemukan yayasan-yayasan yang punya potensi membantu langsung bagi para pasien kanker dan atau keluarganya. (Iya memang untuk awal ini saya konsen ke bidang ‘kanker’). Tapi untuk hal semacam fundraising ini ternyata di lapangan cukup populer di Jakarta dan sekitarnya tapi tidak di daerah. Saya juga kebetulan punya teman baik yang kebetulan juga pengurus inti YKI cabang Jatim. Setelah melakukan riset sedikit, saya juga menemukan fakta kalau cukup banyak juga pasien yang menjadi ‘tanggung jawab’ YKI jatim ini, huhungannya dengan ruang lingkup RS.Sutomo Surabaya yang menjadi pusat rujukan Indonesia Timur. (yes, Termasuk Kalimantan separo timur, Sulawesi, Maluku, NusaTenggara, dan Papua). Dan juga ada kendala dan dukungan yang dibutuhkan untuk operasional yayasan khususnya untuk rumah singgah. Dimana setahun bisa 250an pasien (data 5tahun terakhir) yang menghunakan fasilitas tersebut guna berobat ke rs.Sutomo. Dan untuk maintaining yayasan ini cukup kredibel karna milik pemerintah. Walo oleh sebab hal itu, lumayan ga gampang untuk ‘nembus’ protokoler sampai rencana saya disetujui. Saya sangat maklum karena konsep findraise pribadi seperti #milestoshare ini mungkin kurang populer. Tapi Alhamdulillah semua lancar dan semua memberi dukungan.
- Platform digital untk fundraising. Tentunya ga banyak pilihan karena kitabisa.com memberi fasilitas yang sangat bagus dan sudah establishsejak 2013 (kalo ga salah), dan semakin kesini sudah memiliki pengalaman ratusan fundraising di platform mereka. Jadi monggo lah dibuka link-nya di https://kitabisa.com/milestoshare
- Tim #milestoshare. Jadi ini sebenarnya diluar ekspektasi saya untuk mendapat respon sebegitu baiknya dari lingkungan saya untuk #milestoshare. Jadi saya pun langsung meng-iya kan setelah bbrp teman saya sepakat untuk membuat campaign ini lebih ter-menej dengan baik, supaya fungsinya lebih optimal sampai fundraising #milestoshare (gelombang1) ditutup pada hari H, Borobudur Marathon 2018 di Magelang nanti.
Jadi begitulah kira-kira ringkasan cerita kami tentang bagaimana #milestoshare ini ada.
(Repost dari tulisan kami di blog https://milestoshare.wordpress.com/ )
No comments:
Post a Comment