Kali ini , lanjutan dari sekuel pngalaman saya sebagai penderita neurofibromatosis pada post-post saya sebelum ini, (ya kali pada baca ya hehe)
Ada kejutan yang cukup membuat saya menyadari bahwa selama ini ada teman yang tumbuh dalam diri saya yang seperti 'diam diam'. Setelah menjalani pemeriksaan PET-Scan, semacam imaging ct-scan tapi ini ke seluruh tubuh memakai indikator FDG (gula) untuk menskrining "keganasan" atau tumor lain yang bisa muncul di setiap bagian tubuh. Berguna untuk keganasan dan penyebarannya atau yang kaya saya (harapannya) jinak tapi bisa dimana-mana.
Dokter Radiologi yang menjelaskan kepada saya bahwa ada tumor di atas limpa (lien) saya. Cukup besar, dan ada efusi pleura.
Iyalah, saya kaget, galau, mbuh opo lah ngono rasane, tapi uda bisa biasa aja langsung sih setelah menenggak espreso warung kopi voila yang terletak dekat dengan tempat PET Scan tersebut.
Ada sedikit kecewa namun langsung memaafkan dan maklum, bahwa setelah dicek, hasil ct scan saya tahun lalu dan MRI yang saya lakukan sebelum PET Scan tadi , ternyata sudah ada. They didn't even mention it on radiologic review. Saya juga sering melakukan kesalahan yang sama saat bekerja sebagai ppds di surabaya dan saat jadi dokter umum dulu. Tidak melihat secara komperhensif. Rada takjub juga sih dokter disini juga bisa melakukan 'skip' yang sama. Not a mistake, though.
Saya pulang kerumah, ngobrol sama istri, memikirkannya beberapa hari, menghubungi kerabat di indonesia yang sudah ahli bedah (umum) dan bedah thorax (karna efusi), mencari sejumalah case report dan jurnal, juga dengan sensei di bedahsaraf yang seharusnya akan melakukan oprasi tumor saya yang di punggung. Semua setuju menunda yang punggung demi sesuatu yang lebih mengancam jiwa saya. Alhamdulillah akses saya di fasilitas medis disini sangat enak, jadi bisa mikir sendiri tanpa nyusahin temen-temen lain. Untuk disisi ini, pengetahuan saya membantu. Dengan pemeriksaan lanjutan yang dilakukan, kesimpulan terakhir adalah tumor ada di diafragma. Memebesar menekan lien ke bawah, dan paru keatas, karna ukuran yang membesar makanya terjadi gangguan gerak sebagian diafragma saya. Pelan, kronis, dan pada satu titik saya menyadari bahwa sejak sekitar bulan puasa, nafas saya ga bisa spanjang biasanya saat tadarusan, slanjutnya penurunan performa saya dalam hal lari dan spedaan. Kalo diterusin mungkin juga akan ganggu aktifitas sehari-hari.
Dan kalo dipikir lagi dengan ukuran lebar 10cm-an tersebut, jika memang venar jinak, itu uda mulai muncul sejak 5-10tahun lalu.. hmmm...
Persiapan lain dilakukan bebarengan kerja semirodi untuk research saya yang sudah tinggal dikit selse, hehe.. diantara ga boleh kecapean dan tekanan prioritas studi.
Satu lagi yang skali lagi sangat membuat semangat sembuh satu sisi, tapi kudu sama-sama ngelewatin masa sulit dikala saya oprasi dan pemulihan: istri dan anak-anak.
Oke.. nanti lanjut episode dua yaa hehe
*keterangan gambar: anatomi diafragma (grab random via google)
No comments:
Post a Comment