Sunday, February 21, 2010

? m a l s i


"wah,tu orang calon ahli surga banget ya?""knapa?""liat aja tuh,kmana mana make peci,baju koko putih,sama bawa tasbeh"
.................................
Saya yakin tidak semua orang disini berpendapat seperti dialog tadi. Tidak bisa dipungkiri, anggapan tersebut sudah ter-mindset kehidupan sosial kita(pernah nonton film religi kan?) Bahwa orang yang nantinya akan sukses di kehidupan akhirat adalah orang yang 'potongannya' sederhana, clana kain berdiameter lebar setinggi setengah betis, janggutan, yang jidatnya ada hematom (darah beku) karena kbanyakan sujud, bla bla bla, pkoknya nggak gaya lah yaa... Kalo pendapat saya sih itu selera mereka, harus dihargai.. mereka nyaman ber'gaya' seperti itu. Yang saya tidak sependapat adaah anggapan bahwa tiket untuk ber-agama dengan benar adalah dengan meniggalkan konsep tampil modis (tentunya modis tanpa melanggar aturan, nanti kita bahas)
Kita punya kewajiban, yang mengakibatkan kita meperoleh hak. idealnya seperti itu. Menjalankan agama adalah kewajiban sekaligus hak manusia secara utuh.
Islam (maaf yang bukan islam roaming gapapa ya'?=] ) yang saya jalani, yang anda jalani, begitu kompleks, maksudnya kompleks secara sosial. Kita menemukan adaya perbedaan pada beberapa 'islam'. Dalam gerakan solat misalnya, ada yang begini ada yang begitu. Begitu pula dengan ibadah dan hal hal lain. Padahal islam, pasti semua sepakat kalo ini, dasarnya cuma 2, Qur'an dan Hadist.
Tidak ada Qur'an A atau Qur'an B. Lah kok bisa beda?? itu dia..


Islam fleksibel, bukan berarti orang islam boleh melanggar dasar yang sudah ada karena fleksibilitas tersebut. Ada ayat di AlQuran (maaf banget klo salah, maklum lah, hehe) yang intinya bahwa bumi dan isinya diciptakan untuk manusia agar bla bla bla.. kalo kita telan mentah mentah, kita bisa saja menghalalkan mencuri barang orang lain toh itu termasuk isi dari bumi? Bukan, semua hal ada ketentuannya. Aturan setiap gerakan solat, bagaimana kita harus berpakaian, dll dll secara detail, bukan secara garis besar, diatur dalam pedoman kita. Dan kita berhak untuk tahu.
Seperti kuda yang berlari membawa kitab manusia, dia takkan tahu 'isi' dari kitab tersebut. Kita manusia, pedoman kita berbahasa manusia, dan apakah kita tak boleh dan tak ingin untuk tahu dan mempelajari isinya? Kita wajib dan berhak.

Penafsiran kitab yang 'sembarangan' terbukti memunculkan fenomena fenomena seperti aliran aliran yang selama ini terbukti sesat, nabi baru lah, titisan isa lah.. Pengajian kuliah subuh di tivi yang isinya curhat aib rumah tangga (maaf ya mama ;p), pengajian ustad ustad di tivi yang bagus tapi randomize, pengajian ibu ibu sebulan sekali yang jadi ajang arisan gosip (maaf lagi ya mah), buku buku agama di gramedia yang bagus bagus (beneran nih).. Apakah itu semua cukup untuk memenuhi ilmu kita tentang kewajiban?tentang hak? saya kira jawabannya jauh dari 'iya'.

Sesuai pengalaman, di sekolah tinggi, kita diajarkan untuk membaca semua teori dan tulisan yang ber-reference atau berdasarkan jurnal atau textbook yang sudah diakui. Si dosen yang menerangkan di depan kelas pun harus mendasarkan semua omongannya pada sebuah acuan. (misal: yang salah:"kata siapa?" yang benar:"baca dimana?")

Kita analogkan ke agama. "pak ustad, babi halal ga?"... harusnya:"pak ustad, tunjukin saya/bacain saya donk, dalilnya yang isinya babi tu ga halal?"..
Nabi Muhammad SAW, belajar agama sepanjang 23 tahun lamanya. Kita? 6tahun di SD dan 6tahun di SMP dan SMA, itu saja sminggu 1x..

Kita memang memiliki akal pikiran yang sungguh sangat terbatas. tapi apakah 'Wallahu alam' itu jawaban dari ketidakpahaman akan ilmu agama?

Dan bagaimana idealnya agar dapat belajar agama?


oya,setelah saya berhasil mendapatkan dasar tentang berpakaian menurut qur'an hadist, ternyata tampil modis itu sangat tidak dilarang!
-tetep-

3 comments:

dai said...

jadi???
yahh, ini baru preliminary posting rupanya??
pdhl udah penasaran tentang kalimat terakhirnya ><

iya mil, setuju banget dah sama hampir semuanya. :)
dilanjutin dong :)

kamil said...

hehe...
trimakasih sekali atas tanggapannya dai...
postingan lanjutnya ini??hmmmmm... -sama sekali blum kpikiran untuk ditulis- hehe

Detta said...

"bagaimana idealnya agar dapat belajar agama?"

satu masukan sih, tidak secara dogmatis..hehe..