Sunday, December 30, 2012

Kopi bergula mentari (tahun-1)

Yap, tepat 1 tahun saya di perantauan. Banyak kesimpulan, banyak perubahan, banyak hal. Benar-benar banyak, dan exited sekali dengan 4,5tahun sisa di depan. Pasti gila-gilaan serunya.

Ada yang hilang yang langsung diganti, lalu yang lainnya hilang. Misteri qodar, subhanallah sekali.

Dari pmuda ga jelas yang suka ngomong sama tembok sambil bayangin bulan jadi pmuda dengan bertunangankan wanita sparo bidadari,
Dari punya kakek gagah jadi yatim kakek, dari yang hanya punya ipar jadi punya ponakan, dari plari 3km jadi 10km, dari 75k jadi 77k (tapi insyA 75lagi,hehe), dari ngrasa pengen kluar smarang jadi nganggep semarang adalah kota tersempurna untuk jadi rumah, dari ga tau apa itu gunting benang skarang malah tau meztcenbaum. Masi ribuan perubahan lagi.

Terutama, keluarga.
Keluarga lama, yang bukan berarti hilang, lalu nambah keluarga. Keluarga kosan, keluarga bedahsaraf, keluarga bedah dasar, keluarga calon istri, keluarga kantin cardio, dan masih banyak lagi.

seni mengolah rindu untuk tetap menghidupinya di dalam mimpi.

Dan sadar juga betapa perjalanan itu artinya besar. Analoginya banyak, sekolah, naik gunung, lari jauh, nyepeda luar kota. Just shut our mind up when it ask to stop, keep pedaling keep moving keep breathing keep the eyes open keep keep keep..

Selamat taun baru.
=]



Sunday, December 16, 2012

Reminisced (my grandpa)

"hal yang menyakitkan, saat tak sempat mengucap selamat tinggal.."
-kutipan dari film 'life of Pi'-

Sore itu yang saya ingat awan yang bergumul, belum pulang dari jaga dihari sebelumnya. Tak ada rasa apa-apa saat kakak saya telfon dan memberi kabar duka kecuali setengah tak percaya. Kakek saya yang tinggal satu itu (kakek dari ibu saya mninggal saat saya kecil, jadinya kakek saya tinggal yang dari ayah saya) meninggal. Tiba-tiba. Kecelakaan saat membersihkan genteng masjid.

Sedih karna kehilangan sosok di hati saya. Sedih karna saya tidak didekatnya. Tapi Ikhlas yg langsung hadir karna sadar ini qodarnya.

Saya adalah orang yang masih belajar mengenai smua, termasuk tentang arti keluarga dan arti kehilangan, dimana kehilangan sosok anggota keluarga itu tidak ada kecuali pahit di krongkongan dan pupil saya terus saja lupa berakomodasi, menerawang akan semua , mengenang beliau.

Sangat akan tak terlupakan, wajah bersihnya saat saya memandikan jasadnya, walau cuma jasadnya.

Saya bersukur, sepertinya semua mau mengikhlaskan, bahkan semua iri, beliau meninggal karna terjatuh di masjid di blakang rumahnya yg beliau bangun, dikubur di belakang masjidnya, dan sisi positif hidupnya yang tak habis-habis dibicarakan saat seharian ratusan orang datang melayat.

Bagi saya, dia pejuang, salah satu sosok idola, bahkan bagi saya dia yang paling mengerti saya dan ayah saya, melihat kami sebagai seniman bukan ahli bedah yang ngobrak-ngabrik otak, bahkan yang saya ingat saat menasehati saya untuk terakhir kali bulan kemarin mengenai rencana pernikahan saya. Ah, masih banyak skali.

Sedih, karena rindu beliau.
Senang, karena merasa punya beliau.

Innalillahi wainnailaihi roojiun.